Sebagai panduan untuk menjalani kehidupan didunia yang sementara
Cuma!!!

Ikutilah kisahnye......

Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan
nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang
kelima. Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang
dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara
material,mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji. Segala
kelengkapan sudah disiapkan. ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke
tanah suci. Keadaan keduanya sihat walafiat, tak kurang satu apapun.
Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas
menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. 'Labaik Allahuma labaik, aku
datang memenuhi seruanMu ya Allah'.

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, 'Ummi undzur ila Ka'bah (Bu,
lihatlah Ka'bah).' Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi
berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi dia
terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh
anaknya.

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah
ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti
mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia
mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.
Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya. Beberapa minit yang
lalu dia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki
Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak
yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya.

Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap
rahmatNYA.Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala
kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya. Hasan
tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang
sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya, dengan
menatap Ka'bah, kelak. Anak yang soleh itu berniat akan kembali membawa
ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak
kepadanya.

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali
dibutakan didekat Ka'bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan
symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak dapat melihat Ka'bah.
Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya.

Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap.
Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.Hasan tak habis
fikir,dia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka'bah.

Padahal, setiap kali berada jauh dari Ka'bah, penglihatannya selalu normal. Dia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga
mendapat azab dari Allah SWT ?.. Apa yang telah diperlakukan ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk
dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama,yang dapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal, kerana kesohlehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa
kesulitan bererti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud. Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang soleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan saksama, kemudian meminta agar Ibu Hasan perlu
menelefonnya. Anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, dia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut.

Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun menelefon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah
suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu,
sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. 'Anda
harus berterus-terang kepada saya, karana masalah anda bukan masalah senang,' kata ulama itu pada Sarah. Sarah terdiam sejenak. Kemudian dia
meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat sebarang khabar dari Sarah.

Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelefon. 'Ustaz, waktu masih muda, saya bekerja sebagai jururawat di
rumah sakit,' cerita Sarah akhirnya. 'Oh, bagus..... Pekerjaan jururawat adalah pekerjaan mulia,' potong ulama itu. 'Tapi saya mencari wang
sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara sayaitu halal atau haram,' ungkapnya terus terang. Ulama itu terkejut. Ia
tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.'Disana....' sambung Sarah, 'Saya sering kali menukar bayi, karana tidak
semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan,
dengan imbuhan wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.'

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.'Astagfirullah. ...' betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah
Allah untuk melahirkan anak. Bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirosaknya, sehingga tidak jelas nasabnya. Apakah Sarah tidak
tahu, bahawa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting.Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas.

Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, iaitu orang-orang yang tidak boleh
dinikahi.'Cuma itu yang saya lakukan,' ucap Sarah. 'Cuma itu ?' tanya ulama terperanjat. 'Tahukah anda bahawa perbuatan anda itu dosa yang
luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah anda hancurkan!'. ucap ulama dengan nada tinggi.'Lalu apa lagi yang Anda kerjakan? tanya
ulama itu lagi sedikit kesal. 'Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.' 'Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,' kata
ulama. 'Ya, tapi saya memandikan orang mati karana ada kerja sama dengan tukang sihir.' 'Maksudnya?' tanya ulama tidak mengerti. 'Setiap saya
bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam
tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.'

'Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan
lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak hendak masuk, walaupun saya sudah menekannya
dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya cuba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya
masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.' Mendengar pertuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah. 'Cuma itu yang kamu lakukan ?'. 'Masya
Allah....!!! Saya tidak dapat bantu anda. Saya angkat tangan'.Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah
terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi dia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi
dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu.Akhirnya ulama itu berkata, 'Anda harus memohon ampun kepada Allah, kerana
hanya Dialah yang dapat mengampuni dosa Anda.'

Bumi menolaknya.

Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar
khabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mendapat tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah telah bertaubat atas
segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya.Kerana tak juga
memperoleh khabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan khabar
Sarah,ternyata khabar duka yang diterima ulama itu. 'Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelefon ustad,' ujar Hasan. Ulama itu
terkejut mendengar khabar tersebut. 'Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?'. Tanya ulama itu. Hasan pun akhirnya bercerita : Setelah menelefon
ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang
mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah
digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas izin Allah, tanah itu
rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain

untuk digali. Peristiwa itu berulang kembali. Tanah yang sudah digali
kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu
cepat, sehingga tidak seorangpun penghantar jenazah yang menyedari
bahawa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang.
Para penghantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan
merasakan sesuatu yang aneh terjadi.Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayat. Waktu terus berlalu, para
penggali kubur putus-asa kerana pekerjaan mereka tak juga selesai.Siang pun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hamper maghrib, tidak ada satu pun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan
beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang. Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat
itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri. Dengan izin Allah,
tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaiankhusus orang Mesir. Lelaki itu tidak tampak wajahnya, kerana terhalang
tutup kepalanya yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,'

Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!'. kata orang itu. Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan
menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur menggali lubang dan kemudian mengebumikan ibunya. 'Aku minta supaya kau jangan menengok ke
belakang,sampai tiba di rumahmu, 'pesan lelaki itu.. Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi
pemakaman,terselit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya.
Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti
seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan.Dengan
langkah seribu, dia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh
wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman kerana terbakar.

Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Dia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan
meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernahdilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan,
apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun
dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan hilang.

Benar saja,tak berapa lama kemudian Hasan kembali memberitahu ulama
itu, bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa,semakin
hari bekas kehitamannya hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan
ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun
perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.

Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Wang $50.000 atau $50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke
kotak derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket. 45 minit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu
itu untuk pertandingan bola sepak. Semua insan ingin memasuki syurga tetapitidak ramai yang berfikir dan berbicara tentang bagaimana untuk
memasukinya.

0 comments